Namo Amitabha _/\_
Kali Ini Saya Akan Memberikan Dharma Tentang Hukum Karma Dalam Ajaran Agama Buddha
Hukum Karma berbeda dengan paham yang meyakini adanya Takdir Illahi (Hukum yang telah ditentukan oleh Tuhan) .
Hukum
Karma (Hukum perbuatan) adalah merupakan dalil Sebab dan Akibat, Aksi
dan Reaksi, merupakan Hukum Alam , Setiap perbuatan yang dilandasi oleh
Kehendak, Pikiran, Ucapan dan Tindakan jasmani, akan membuahkan hasil
atau akibat. Perbuatan baik akan berbuah baik, perbuatan buruk akan
berbuah buruk. Ini bukan penjatuhan hukuman ataupun pahala yang
diberikan oleh siapapun atau kekuatan apapun yang menghakimi perbuatan
kita, namun hal ini berdasar pada sifat daripada Hukum itu Sendiri.
Sang
Buddha menolak kepercayaan /paham Takdir tersebut. Sebab bila demikian
halnya, maka sia-sia untuk berbuat baik dan menghindari perbuatan
tercela, sebab keseluruhan hidup telah ditentukan/ditakdirkan
sebelumnya.
Sampai disini dapat kita lihat bahwa Hukum Karma sangat berbeda dengan paham Takdir.
Selanjutnya.
Di dalam Buddhisme ada ajaran tentang "Perubahan" (Anicca), " tentang
'Penderitaan' (Dukkha) dan tentang 'Tiada Inti diri' (Anatta) yang
secara singkat disebutkan bahwa 'Segala sesuatu yang terkondisi selalu
mengalami perubahan /tidak kekal', dan Segala sesuatu yang
terkondisi/mengalami perubahan adalah tidak memuaskan (Penderitaan)',
dan Segala sesuatu yang terkondisi maupun yang tidak terkondisi adalah
Tanpa Inti diri' .
Oleh karena telah disebutkan diatas, bahwa
Segala sesuatu yang terkondisi maupun yang tidak terkondisi adalah Tanpa
Inti diri' , maka dapatlah dimengerti bahwa Tidak ada sesuatu pun di
dunia ini yang bersifat Tetap/kekal/abadi. Demikian pula dengan Karma
dan Kelahiran kembali.
Salah pengertian tentang Karma, ialah
anggapan bahwa setiap perbuatan "A", pasti tak terelakkan berbuah "A".
Padahal menurut dalil hukum karma dan tumimbal lahir tidaklah demikian
adanya.
Suatu perbuatan baik atau buruk memiliki akibatnya pada
suatu saat, disuatu tempat. Perbuatan yang dikehendaki atau karma yang
diperbuat dalam kelahiran sebelumnya, merupakan benih atau akar yang
Turut menyebabkan nasib baik atau malang dikehidupan saat ini, dan
perbuatan baik atau buruk saat ini akan Turut menyebabkan nasib baik
atau malang pada kehidupan berikutnya. Jadi apapun kondisi yang terjadi
saat ini, apakah bahagia atau menderita adalah merupakan hasil Akumulasi
perbuatan yang dilakukan sebelumnya.
Sang Buddha telah
menjelaskan hal tersebut secara gamblang dengan sebuah perumpamaan
'Sejumput garam' yang ditaruh di cawan kecil yang diberi air, air
tersebut tidak akan bisa diminum karena akan sangat asin sekali, karena
cawan itu kecil. Namun bila kita menaruh sejumput garam ke sungai, maka
airnya akan tetap dapat diminum dan tidak asin, karena banyaknya air di
sungai tersebut.
Hukum Karma, dengan demikian, lebih berarti suatu
KECENDERUNGAN, bukan sekadar suatu konsekuensi yang tak dapat diubah
dan dielakkan.
Namo Amitabha _/\_

Tidak ada komentar:
Posting Komentar