Seberapa Yakinkah Anda Mengikuti Ajaran Buddha

Kamis, 28 Mei 2015

Ta Pei Cou



Selamat Mendengarkan Sutra Ta Pei Cou

Namo Amitabha _/\_

HUKUM KARMA

Namo Amitabha _/\_

Kali Ini Saya Akan Memberikan Dharma Tentang Hukum Karma Dalam Ajaran Agama Buddha

Hukum Karma berbeda dengan paham yang meyakini adanya Takdir Illahi (Hukum yang telah ditentukan oleh Tuhan) .

Hukum Karma (Hukum perbuatan) adalah merupakan dalil Sebab dan Akibat, Aksi dan Reaksi, merupakan Hukum Alam , Setiap perbuatan yang dilandasi oleh Kehendak, Pikiran, Ucapan dan Tindakan jasmani, akan membuahkan hasil atau akibat. Perbuatan baik akan berbuah baik, perbuatan buruk akan berbuah buruk. Ini bukan penjatuhan hukuman ataupun pahala yang diberikan oleh siapapun atau kekuatan apapun yang menghakimi perbuatan kita, namun hal ini berdasar pada sifat daripada Hukum itu Sendiri.
Sang Buddha menolak kepercayaan /paham Takdir tersebut. Sebab bila demikian halnya, maka sia-sia untuk berbuat baik dan menghindari perbuatan tercela, sebab keseluruhan hidup telah ditentukan/ditakdirkan sebelumnya.
Sampai disini dapat kita lihat bahwa Hukum Karma sangat berbeda dengan paham Takdir.
Selanjutnya.

Di dalam Buddhisme ada ajaran tentang "Perubahan" (Anicca), " tentang 'Penderitaan' (Dukkha) dan tentang 'Tiada Inti diri' (Anatta) yang secara singkat disebutkan bahwa 'Segala sesuatu yang terkondisi selalu mengalami perubahan /tidak kekal', dan Segala sesuatu yang terkondisi/mengalami perubahan adalah tidak memuaskan (Penderitaan)', dan Segala sesuatu yang terkondisi maupun yang tidak terkondisi adalah Tanpa Inti diri' .
Oleh karena telah disebutkan diatas, bahwa Segala sesuatu yang terkondisi maupun yang tidak terkondisi adalah Tanpa Inti diri' , maka dapatlah dimengerti bahwa Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang bersifat Tetap/kekal/abadi. Demikian pula dengan Karma dan Kelahiran kembali.
Salah pengertian tentang Karma, ialah anggapan bahwa setiap perbuatan "A", pasti tak terelakkan berbuah "A". Padahal menurut dalil hukum karma dan tumimbal lahir tidaklah demikian adanya.
Suatu perbuatan baik atau buruk memiliki akibatnya pada suatu saat, disuatu tempat. Perbuatan yang dikehendaki atau karma yang diperbuat dalam kelahiran sebelumnya, merupakan benih atau akar yang Turut menyebabkan nasib baik atau malang dikehidupan saat ini, dan perbuatan baik atau buruk saat ini akan Turut menyebabkan nasib baik atau malang pada kehidupan berikutnya. Jadi apapun kondisi yang terjadi saat ini, apakah bahagia atau menderita adalah merupakan hasil Akumulasi perbuatan yang dilakukan sebelumnya.
Sang Buddha telah menjelaskan hal tersebut secara gamblang dengan sebuah perumpamaan 'Sejumput garam' yang ditaruh di cawan kecil yang diberi air, air tersebut tidak akan bisa diminum karena akan sangat asin sekali, karena cawan itu kecil. Namun bila kita menaruh sejumput garam ke sungai, maka airnya akan tetap dapat diminum dan tidak asin, karena banyaknya air di sungai tersebut.

Hukum Karma, dengan demikian, lebih berarti suatu KECENDERUNGAN, bukan sekadar suatu konsekuensi yang tak dapat diubah dan dielakkan.

Namo Amitabha _/\_



SEJARAH Agama Buddha

Salam Buddhis Untuk Kita Semua _/\_
Namo Amitabha

Kali Ini Saya Akan Memberikan Sedikit Pengetahuan Tentang Sejarah Chelsea

mulai dari abad ke-6 SM sampai sekarang dari lahirnya sang Buddha Siddharta Gautama. Dengan ini, ini adalah salah satu agama tertua yang masih dianut di dunia. Selama masa ini, agama ini sementara berkembang, unsur kebudayaan India, ditambah dengan unsur-unsur kebudayaan Helenistik (Yunani), Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara. Dalam proses perkembangannya ini, agama ini praktis telah menyentuh hampir seluruh benua Asia. Sejarah agama Buddha juga ditandai dengan perkembangan banyak aliran dan mazhab, serta perpecahan-perpecahan. Yang utama di antaranya adalah aliran tradisi Theravada , Mahayana, dan Vajrayana (Bajrayana), yang sejarahnya ditandai dengan masa pasang dan surut.

Yang Kita Ketahui Bahwa Budddha Pusat Segalanya

Sekian Artikel Tentang Sejarah Agama Buddha

Namo Amitabha _/\_